Saat terpandang wajah lelah menatap harap dari balik kaca
Teriris hati memikirkan banyak kesusahan yang menimpanya
Kucoba membayangkan ketegarannya menghadapi gelengan demi gelengan manusia
Yang terduduk nikmat dalam hembusan pendingin kendaraan mewahnya
Namun sejumput senyum masih sempat terlukis dari bibir hitamnya
Keletihan hanya diredakan oleh sekaan tangan sekilas untuk menyapu keringat di dahinya
Betapa malu hati ini, Tuhan
Seharusnya kubersyukur lebih banyak kepada-Mu
Atas semua berkah dan kasih sayang-Mu
Karena mungkin kesusahan yang kualami hanya seujung kuku dari yang dialaminya
Teriris hati memikirkan banyak kesusahan yang menimpanya
Kucoba membayangkan ketegarannya menghadapi gelengan demi gelengan manusia
Yang terduduk nikmat dalam hembusan pendingin kendaraan mewahnya
Namun sejumput senyum masih sempat terlukis dari bibir hitamnya
Keletihan hanya diredakan oleh sekaan tangan sekilas untuk menyapu keringat di dahinya
Betapa malu hati ini, Tuhan
Seharusnya kubersyukur lebih banyak kepada-Mu
Atas semua berkah dan kasih sayang-Mu
Karena mungkin kesusahan yang kualami hanya seujung kuku dari yang dialaminya
Bandung, 20 Desember 2005, 11:08
No comments:
Post a Comment