Monday, March 19, 2007

Puisiku, Rekaanku...



Sebuah Tanya dalam Tatapan

Manakala tertatap mata itu
Kuragu akan rasa yakinku
Merasakan tatap balas bak pisau terasah
Memekarkan rasa ciutku
Apakah sedemikian mengagumi
Ataukah penuh dengan benci
Hingga kupalingkan tatapku
Tak jua kutahu
Walau sekilas senyuman
Serasa membias di kedalamannya

Bandung, 10 Januari 2007
Setelah mereka-reka suatu peristiwa
Entah ada atau tidak
Tapi membuatku ingin menuliskannya



Sebuah Jawab dalam Tatapan

Andai dia tahu dan mengerti mauku
Tak perlu ku slalu menancapkan tatapan pisauku
Andai dia juga berkeinginan seperti diriku
Tak perlu ku slalu memendam beribu rindu
Kuingin tak sekedar tatapanku
Menancap ke dalam lautan penuh kasih itu
Segenap jiwa ragaku penuh hasrat berenang di dalamnya
Tak sekedar kagum bahkan benci itu pun ada
Kagum untuknya, benci untukku
Kagum karena dia begitu sempurna untukku
Benci karena ku tak mampu mengenyahkan mau itu
Benci karena ku tahu
Tak ada lagi kesempatan itu
Benci karena ku tahu
Jiwa dan raganya telah berenang di kedalaman lautan yang lain
Bukan lautanku
Bukan diriku

Bandung, 10 Januari 2007
Setelah mereka-reka suatu peristiwa
Entah ada atau tidak
Tapi membuatku ingin menuliskannya



Tatap Itu Lagi

Hanya tatap tanpa kata
Menerpa pikiran tanpa rasa
Namun tersentak jua ketenangan di dada
Saat tatap itu masih melekat
Semakin erat
Membuat napas ini sejenak tercekat
Entah apa yang menahannya
Sekian lama setia seolah terpana
Apakah aku yang terlalu merasa
Ataukah memang tatap itu yang nyata
Tak ingin kutahu jawabnya
Kan kunikmati saja apa yang ada
Dalam diam dan sunyinya dunia

Bandung, 13 Januari 2007
Mungkin hanya ilusi
Namun membuat jari jemari ini lancar menari
Merangkai koreografi tanpa terlibatnya hati


Betah

Entah apa yang menahanku di sana
Sekian lama dalam diam semata
Kucoba mengusir rasa salah tingkah
Dengan membaca sebuah berita
Ketika sekilas tatapnya memandangku seolah bertanya
“Ada apakah gerangan engkau masih di sana?”

Kutahu tak ada hal lagi yang perlu kulakukan
Kuhanya tak mengerti
Mengapa kaki ini begitu berat tuk tinggalkan
Ruang penuh tumpukan kertas dan kesibukan manusia
Namun bagiku serasa sejuk dan indah menyenangkan
Hanya karena kehadiran sosok rampingnya di hadapan

Bandung, 2 Februari 2007
Seperti biasa mereka-reka peristiwa
Yang entah ada atau tidak…

No comments: